
Tahun ini menjadi tahun kebangkitan bagi industri musik. Perkembangan musik hingga saat ini membuat masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, menjadikan musik sebagai kebutuhan dan gaya hidup. Alhasil, hingga saat ini sudah banyak festival musik yang telah diselenggarakan baik dari artis lokal hingga mancanegara yang pastinya akan terus bertambah. Festival musik merupakan hal yang diminati masyarakat dan memiliki efek positif pada sektor ekonomi. Namun, ternyata pelaksanaan festival musik meninggalkan beberapa masalah tertentu, salah satunya ialah masalah lingkungan.
- Menurut data dari Greener Festival yang dianalisis dari 17 negara, festival musik menghasilkan hingga 500 ton emisi karbondioksida (CO2). Dalam satu pertunjukan festival musik saja dapat menghasilkan hingga 5 kg CO2 per pengunjung dalam 1 hari.
- Tur U2 360° Tour membutuhkan 120 truk trailer untuk mengangkut konstruksi panggung ikonik The Claw yang jejak karbonnya setara dengan penerbangan pesawat ulang bumi ke planet Mars.
- BBC pada tahun 2019 menyebutkan bahwa selama setahun, festival musik di Inggris menyisakan sampah hingga 23 ribu ton atau setara dengan 78 pesawat jumbo jet Boeing 747 bermuatan penuh.
- Java Jazz Festival 2022 yang diselenggarakan selama tiga hari di Jakarta menghasilkan sampah hingga mencapai 6,2 ton.
- Festival music Coachella menghasilkan sampah hingga 106 ton dalam satu harinya.
Beberapa di antara persoalan lingkungan sebagai konsekuensi dari pengadaan konser atau festival musik, mencakup:
- Emisi
Transportasi berperan signifikan dalam menyebabkan emisi karbon yang berdampak pada lingkungan. Hal ini dapat kita telusuri dari mobilitas yang digunakan untuk keperluan sebelum dan sesudah festival musik. Emisi yang timbul dari sektor transportasi memberikan konsekuensi serius bagi ekosistem secara langsung yang meliputi polusi suara dan pelepasan karbon monoksida. Namun, dampak paling merugikan yang diakibatkan emisi karbon adalah perubahan iklim. Selain dampak tersebut, emisi karbon juga berkontribusi pada masalah kesehatan, seperti gangguan sistem pernapasan dan penyakit kardiovaskular.
Tak kalah penting adalah penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang digunakan untuk mensuplai listrik dalam area konser. Pemakaian generator dengan kapasitas berlebih menghasilkan tingginya konsumsi bahan bakar diesel. Polusi yang bersumber dari para pengunjung, moda transportasi, serta penggunaan energi listrik berperan dalam memperburuk pemanasan global dan pencemaran udara. Tak hanya itu, festival musik juga turut menjadi sumber polusi suara dan cahaya yang perlu diperhatikan.
2. Sampah
Salah satu masalah yang sering muncul terkait dengan festival musik adalah penumpukan sampah. Semakin banyak orang yang menghadiri acara tersebut, semakin banyak pula sampah yang terbentuk. Meskipun fasilitas tempat sampah telah disediakan sesuai dengan jenisnya, pemilahan sampah yang tidak sesuai masih sering ditemukan. Sampah yang dihasilkan dari festival musik meliputi berbagai jenis, seperti bahan dekorasi, tisu bekas, wadah makanan sekali pakai, sisa makanan, kertas, dan plastik.
Masalah yang terjadi adalah pengelolaan sampah di beberapa tempat seringkali masih kurang optimal. Tidak semua tempat memiliki sistem pengelolaan yang mampu mengatasi volume sampah yang besar sehingga sampah tetap menumpuk. Sampah yang sulit diuraikan dan tidak dikelola dengan baik dapat menghasilkan gas metana yang akan meningkatkan efek rumah kaca dan dampak perubahan iklim. Sampah plastik dan kertas juga dapat merusak lingkungan, terutama mempengaruhi kualitas air dan tanah. Jika beragam jenis sampah ini tidak dikelola secara efektif, hasilnya dapat mencakup pencemaran air dan tanah, yang pada akhirnya memperburuk efek rumah kaca dan perubahan iklim.
Lantas apa yang dapat dilakukan?
Dengan berbagai masalah yang dapat muncul diatas, terdapat beberapa festival/konser musik yang mencoba untuk menyelenggarakan konsernya dengan memperhatikan aspek ramah lingkungan. Salah satunya ialah tur yang digelar oleh Coldplay yang berkomitmen untuk mengusung prinsip mengurangi jejak karbon dan ramah lingkungan. Coldplay mengusung tema Music of the Spheres World tour, dengan prinsip reduce, reinvent, dan restore. Dalam turnya, terdapat beberapa upaya hijau yang dilakukan:
- Penggunaan energi yang menggunakan tenaga surya, lantai dansa kinetik, dan power bikes dengan rata-rata penggunaan energi sebesar 15kWh per pertunjukan
- Penanaman 5 juta pohon dengan 1 pohon untuk setiap pengunjungnya yang dilakukan di 17 negara dan 21 projek
- 47% pengurangan emisi CO2 dari tur sebelumnya
Hal ini perlu untuk dilakukan oleh konser/festival musik lainnya. Untuk mengurangi emisi karbon, promotor dapat melakukan beberapa hal sebagai berikut:
- Menggunakan teknologi berbahan sumber energi terbarukan, seperti panel surya atau generator biodiesel.
- Melakukan himbauan kepada pengunjung untuk menggunakan transportasi umum.
- Menyediakan fasilitas tempat sampah yang memadai dan terpilah berdasarkan jenis sampah
- Melakukan himbauan kepada pengunjung untuk mengurangi dan memilah sampah.
- Mendukung dan bekerjasama dengan organisasi lingkungan
Be a green concert goer!
Sebagai pengunjung, beberapa hal yang dapat kita lakukan, yaitu:
- Pilihlah konser yang mementingkan keberlanjutan dan ramah lingkungan dalam operasinya. Beberapa konser aktif dalam upaya mengurangi dampak lingkungan.
- Gunakan transportasi yang sustainable dengan cara berbagi kendaraan, menggunakan transportasi umum, bersepeda, atau berjalan menuju lokasi konser daripada mengemudi sendirian. Hal ini dapat signifikan mengurangi emisi karbon dari transportasi.
- Bawa barang-barang yang dapat digunakan ulang. Pilihlah botol air, alat makan, wadah, dan tas kain yang dapat digunakan lebih dari satu kali. Hindari penggunaan barang plastik sekali pakai yang berkontribusi pada limbah.
- Buang sampah dengan benar. Buang sampah sesuai dengan jenisnya. Hindari membuang sampah sembarangan dan bantu jaga kebersihan area konser.
- Sebarkan kesadaran dengan membagikan praktik ramah lingkungan Anda dengan orang lain di konser dan di media sosial. Ajak para pengunjung konser lainnya untuk mengadopsi kebiasaan yang lebih hijau.
Sebagai generasi muda tentunya kita perlu memperhatikan keadaan lingkungan. Kesadaran untuk menjaga lingkungan dalam pelaksanaan konser/festival musik perlu ditingkatkan kepada kru, artis, dan pengunjung dan memerlukan kontribusi bersama.
Be Green, Be Cool!
By Karenzha Iftinan
CHRT CIMSA Universitas Jember
Referensi
Bär, S., L. Korrmann, dan M. Kurscheidt. 2022. How nudging inspires sustainable behavior among event attendees: a qualitative analysis of selected music festivals. Sustainability (Switzerland). 14(10)
Larasti, A. K. 2019. GADJAH MADA JOURNAL OF TOURISM STUDIES Environmental Impacts Management of the Coachella Valley Music and Arts Festival