Sering Dengar tentang Megathrust?
Zona penunjaman adalah area di mana lempeng tektonik saling bertemu atau berinteraksi, terutama yang bersifat tumbukan (convergent). Interaksi antara dua lempeng dengan jenis yang berbeda bertumbukan, seperti lempeng benua dan lempeng samudera, disebut subduksi. Ciri khas proses subduksi adalah menghasilkan magma pada kedalaman sekitar 150 hingga 200 km, yang kemudian muncul ke permukaan sebagai gunung berapi.
Zona penunjaman terbagi menjadi dua, yaitu megathrust (dengan kedalaman kurang dari 50 km) dan intraslab atau zona Benioff (dengan kedalaman lebih dari 50 km). Istilah “megathrust” dikenal juga dengan sebutan “subduksi lempeng” atau sumber gempa di zona tumbukan lempeng. Di Indonesia, contoh interaksi lempeng terjadi antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia (Gambar 1). Gempa bumi yang berasal dari megathrust berpotensi menghasilkan gempa bumi dengan kekuatan besar, yaitu magnitudo lebih dari delapan sehingga berpotensi menyebabkan tsunami.
Gambar 1. Sesar Sunda Megathrust menyebabkan gempa bumi dan tsunami di Kota Padang, Sumatera Barat (Source: Earth Observatory of Singapore, NTU)
Sejarah Gempa Akibat Megathrust
Kondisi tektonik negara ini menyebabkan Indonesia sangat rawan akan terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami, di mana dalam dua dekade terakhir, tercatat telah terjadi 4 kali bencana tsunami yang dipicu oleh gempa bumi, contohnya mega-tsunami Aceh (2004), tsunami Pangandaran (Juli 2006), tsunami Mentawai (Oktober 2010), tsunami Palu (September 2018). Gempa bumi yang disebabkan megathrust Andaman-Sumatra sepanjang 1.300 km memicu terjadinya Tsunami Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 dengan magnitudo 9.1 Mw yang menyebabkan kehancuran luar biasa pada segi infrastruktur. Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BKMG), Tsunami Aceh menimbulkan 227.898 korban meninggal dunia. Selain itu, Tsunami Pangandaran pada 17 Juli 2006 akibat megathrust di selatan Jawa Barat berkekuatan 7.8 Mw menimbulkan 668 korban jiwa dan 65 orang dinyatakan hilang.
Peta Ancaman Megathrust di Indonesia
Menurut Pusat Gempa Nasional, pada tahun 2017 Indonesia memiliki 16 segmentasi megathrust yang aktif dan berpotensi menghasilkan gempa besar dan menimbulkan tsunami (Gambar 2) diantaranya yaitu:
- Aceh-Andaman
- Nias-Simeulue
- Kepulauan Batu
- Mentawai-Siberut
- Mentawai-Pagai
- Enggano
- Selat Sunda Banten
- Selatan Jawa Barat
- Selatan Jawa Tengah-Jawa Timur
- Selatan Bali
- Selatan NTB
- Selatan NTT
- Laut Banda Selatan
- Laut Banda Utara
- Utara Sulawesi
- Subduksi Lempeng Laut Filipina
Gambar 2. Pemutakhiran Segmentasi Megathrust Indonesia (Source: Pusat Gempa Nasional, 2017)
Risiko dan Dampak
Ancaman gempa bumi di Indonesia berkontribusi pada tingginya risiko yang dihadapi masyarakat. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Indeks Risiko Bencana Indonesia pada tahun 2023, dengan klasifikasi 59,14% dari kota dan kabupaten di Indonesia berada dalam kategori risiko tinggi untuk gempa bumi, 39,88% berada pada kategori risiko sedang, dan hanya 0,97% yang termasuk dalam kategori risiko rendah. Disamping risiko tersebut, gempa bumi dapat menimbulkan dampak yang menghancurkan, diantaranya:
- Kerusakan struktural, seperti merusak bangunan, jembatan, dan infrastruktur,
- Hilangnya nyawa dan cedera serius,
- Tsunami,
- Tanah longsor,
- Merusak ekosistem dan mengganggu pasokan air bersih.
Mitos atau Hoaks?
BMKG menjelaskan terkait rilis gempa di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut “tinggal menunggu waktu”, hal ini dikarenakan kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar. Munculnya kembali pembahasan potensi gempa di zona megathrust saat ini bukanlah bentuk peringatan dini (warning) yang seolah-olah dalam waktu dekat akan segera terjadi gempa besar. Sebab hingga saat ini, belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu memprediksi terjadinya gempa (kapan, di mana, dan berapa kekuatannya) dengan tepat dan akurat sehingga tidak ada yang tahu kapan gempa akan terjadi, ataupun potensinya.
Jangan Panik! (Langkah Mitigasi)
1. Sebelum Terjadi Gempa:
- Membangun bangunan tahan gempa sesuai standar yang ditetapkan.
- Kenali lokasi bangunan tempat tinggal atau bekerja, terutama terkait risiko gempa.
- Tempatkan perabotan di posisi yang aman dan proporsional.
- Siapkan peralatan darurat seperti senter, kotak P3K, dan makanan instan.
- Matikan listrik dan gas saat tidak digunakan.
- Catat nomor-nomor penting, seperti pemadam kebakaran, rumah sakit, dll.
- Kenali jalur evakuasi di sekitar tempat tinggal atau bekerja.
2. Saat Gempa Sedang Berlangsung:
- Jangan panik!
- Hindari bangunan, pohon, tiang listrik, dan objek lain yang berisiko roboh.
- Segera keluar dari gedung atau berlindung di bawah meja/tempat tidur yang kuat.
- Jauhi pantai dan daerah yang berpotensi longsor.
3. Setelah Gempa Terjadi:
- Jangan masuk ke bangunan yang sudah terkena gempa.
- Hindari berjalan di sekitar daerah yang terkena gempa.
- Keluar bangunan dengan tertib.
- Periksa apakah ada luka pada diri sendiri atau orang lain.
- Minta pertolongan jika terdapat luka parah.
“Disasters are a reflection of nature’s fury, but they also show the power of human empathy and solidarity”
REFERENSI
- Anshori M. Karakteristik gempabumi di selatan jawa timur dan potensi bencana tsunaminya. Pasuruan: Kelompok Penelitian Stasiun Geofisika Kelas II Tretes Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2019.
- BMKG. Tentang gempa di selat sunda dan mentawai-siberut yang ‘tinggal menunggu waktu [Internet]. Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). 2024 Aug 19 [cited 2024 Sep 4]. Available at: https://www.bmkg.go.id/berita/?p=tentang-gempa-di-selat-sunda-dan-mentawai-siberut-yang-tinggal-menunggu-waktu&lang=ID&tag=megathrust.
- BPBD Jawa Timur. Gempa bumi: Pemahaman dasar dan dampaknya [Internet]. Jawa Timur: BPBD Provinsi Jawa Timur. 2023 [cited 2024 Sep 4]. Available at: https://web.bpbd.jatimprov.go.id/2023/10/19/gempa-bumi-pemahaman-dasar-dan-dampaknya/.
- Earth Observatory of Singapore. Sumatran GPS Array (SuGAr) [Internet]. Singapore: Earth Observatory of Singapore. n.d. [cited 2024 Sep 4]. Available at: https://earthobservatory.sg/facilities/field-installations/sumatran-gps-array-sugar.
- Frananda H, Yulianda F, Boer M, Nurjaya I. (2023). The modeling of tsunami based on existing land cover in Padang City. Proceedings of the 2nd International Conference of Geography, ICGEO 2022; 2022; Padang, Indonesia.
- Fujii Y, Satake K. Source of the july 2006 west java tsunami estimated from tide gauge records. Geophysical Research Letters. 2006; 33(24).
- Wekke SI. Mitigasi bencana. Jakarta: Penerbit Adab. 2021.
- Pusat Studi Gempa Nasional Indonesia. Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017. Indonesia: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman. 2017.
CIMSliography
Azzatun Nur & Irene Rhegita Putriani – Project Team SCORP CIMSA 2024-2025